Membangun Sensitivitas Setiap orang dari kalangan mana pun mempunyai hak terhadap dakwah. Mereka mempunyai hak untuk mendengarkan dan mendapatkan ajaran kebaikan dari para penggerak dakwah (da’i). Karena itu, perlu dibangun sensitifan untuk menangkap peluang siapa ang harus dibidik, mengingat banyaknya orang dengan berbagai latarbelakang dan karakternya. Saya sangat malu hati ketika membaca kisah kecil Rasulullah saw bersama seorang anak kecil Yahudi. Anak kecil itu sering membantu Rasulullah saw menyiapkan air wudhu, sandal dan sebagainya. Beberapa hari si anak kecil itu tidak muncul. Rasulullah saw lalu mendatangi si anak ke rumah. Si anak sedang sakit bahkan menjelang sakaratul maut. Rasulullah saw mewasiatkan si anak kecil itu masuk Islam. Si anak menoleh ke bapaknya untuk minta persetujuan. Si bapak pun mengangguk .Si anak bersyahadat dan meninggal dunia dan Rasulullah saw berkata, “ Alhamdulillah, yang telah menyelamatkan dia dari api neraka.” Saya benar-benar ingin menangis mendengar cerita ini. Rasulullah saw yang begitu sibuknya masih meluangkan waktu untuk si anak kecil Yahudi yang sudah sakaratul maut. Padahal, tidak banyak yang bisa diharapkan oleh keislaman si anak itu seandainya kita hanya berpikir produktivitas . Si anak itu tidak bisa menambah kekuatan barisan dakwah , ia juga tidak bisa menambah infaq, ia juga tidak bisa melakukan apa-apa untuk dakwah setelah meninggalnya. Tapi, semata memenuhi panggilan dakwah dan menyelamatkan manusia dari kesesatan. Atau kisah Abdullah bin Ummi Maktum, seorang laki-laki buta yang sempat ‘tak dilirik’ Rasulullah saw. Saat itu Rasulullah saw tengah berbicara dengan pemuka-pemuka Quraisy. Beliau ingin mengajak mereka berislam. Lalu tiba-tiba dating Abdullah bin Ummi Maktum dan bertanya, “ Ajarkan kepadaku apa yang diajarkan Allag kepadamu.” Saat itu beliau merasa terganggu dan wajahnya berubah menjadi masam. Karena peristiwa itu Rasulullah saw mendapat teguran daari Allah swt Surat ‘Abasa. Seandainya kita menjadi Rasulullah saw, saat itu pun kita akan melakukan tindakan yang sama, bahkan mungkin dengan ekspresi yang super sangar. Ternyata Allah swt tidak mengizinkan tindakan iu. Dan sekali lagi perlu kita sadari, setiap orang dari kalangan manapun berhak untuk mendengarkan dan mendapatkan ajaran kebaikan dari penggerak dakwah ( da’i) Pada sisi inilah kita butuh membangun kesensitifan. Bahwa semuanya mempunyai hak untuk kita dekati dan sayangi, tanpa memandang siapa dia. Yang pasti mereka bagian dari kita. Mereka adalah saudara kita. Kebaikan mereka adalah berkah buat kita, kesesatannya adalah tanggung jawab kita. Kota gede malam hari 11 Mei 1999 |